Keutamaan Sikap Diam
Diam: Bentuk penjagaan diri dalam berbicara. Sebagian besar manusia pasti berkeinginan menjadi orang yang dihormati oleh banyak orang. Akan tetapi, hanya sedikit manusia yang berhasil memenuhi keinginan tersebut, mereka dihormati oleh sebagian besar masyarakat karena mampu menjaga lidahnya dalam berbicara. Sebagian orang yang lain tampak rendah dan hina di mata masyarakat lingkungannya, hal tersebut bisa jadi karena ia kurang bisa menjaga lidahnya dalam berbicara, banyak bicara menjadikan lisan seseorang mudah tergelincir dalam keburukan.
Diam atau tidak banyak bicara merupakan sikap bijaksana dalam menjaga keselamatan diri agar tidak terjerumus dalam perbuatan munkar, sebab banyak orang yang jatuh kehormatannya, dilecehkan kedudukannya, terperosok dalam kemaksiatan dan banyak musuhnya adalah akibat dari ketidakmampuannya dalam mengendalikan lisan. Karena itu, diam merupakan salah satu cara untuk meraih kebahagiaan dan keselamatan diri di dunia maupun di akhirat, sekaligus sebagai senjata untuk menghalau godaan setan.
Bahaya Lisan dan Anjuran Diam
Seringkali terjadinya pertengkaran, dendam, perdebatan, permusuhan, pembunuhan, sampai peperangan yang diakibatkan oleh lisan. Lisan yang bentuknya kecil dan tidak bertulang tapi kalimat yang dikeluarkannya mampu menimbulkan berbagai 'kerusakan' hubungan di antara sesama manusia. Oleh karena itu, tidak salah jika terdapat ungkapan bahwa lisan lebih tajam dari pada pedang. Begitu banyak bencana yang ditimbulkan akibat terpelesetnya lisan, seperti dusta, mengumpat, adu domba, riya, brmuka dua, berkata keji, berdepat, mengingkari janji, membuka aib orang lain, memuji diri sendiri, melaknati, menyakiti orang lain untuk meruntuhkan kehormatannya serta ucapan-ucapan kotor lainnya. Bahaya-bahaya seperti inilah yang selalu menggiring lisan dalam mengucapkan kata-katanya, yang tidak terasa berat untuk diucapkan namun efek yang ditimbulkan sungguh luar biasa.
Meskipun diam itu nampaknya ringan, tetapi sedikit sekali orang yang mampu melaksanakannya, lebih-lebih bagi orang yang suka bicara. Sebagaimana yang dijelaskan Rasulullah saw. dalam sabdanya:
الصمت حكم وقليل فاعله
Diam adalah kebijaksanaan dan sedikit orang yang mampu melaksanakannya. (HR. Abu Manshur ad-Dailamy).
Muhammad bin Wasi' berkata kepada Malik bin Dinar. "Wahai Abu Yahya! menjaga lisan itu lebih berat dari pada menjaga uang dinar atau uang dirham!". (Ihya Ulumuddin, Jilid II, Hal: 1543). Mengingat begitu besarnya efek yang ditimbulkan oleh perkataan maka diam adalah sikap mulia yang menjadi kebiasaan para nabi dan wali Allah. Diam itu indah dan nikmat kerena bisa menentramkan batin dan menyedikitkan resiko yang bisa timbul akibat banyak bicara.
Dari sinilah beliau menganjurkan untuk bergaul dengan orang yang diam lagi berwibasa sebab dia akan mengajarkan berbagai hikmah dan keutamaan. Seperti yang beliau jelaskan dalam sabdanya:
اذا رايتم المؤمن صموتا وقورا فادنوا منه فانه يلقن الحكمة
Apabila kamu melihat orang mukmi yang pendiam lagi berwibawa maka dekatilah dia. Sesungguhnya dia akan mengajarkan hikmah. (HR. Abu Hurairah dari haditsnya Abi Khalad).
Orang yang bijaksana akan selalu berpikir panjang sebelum berbicara. Jika bicaranya dapat menimbulkan kemadharatan bagi dirinya atau orang lain maka ia akan lebih memilih bersikap diam. Sebab diam itu bisa menjauhkan fitnah dan permusuhan. Dalam hal ini, Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya lisan seorang mukmi itu berada di belakang hatinya. Apabila hendak mengatakan sesuatu, ia pertimbangkan dengan hatinya, kemudian ia laksanakan dengan lisannya. Adapun lisan orang yang munafik itu ada di depan hatinya. Apabila ia menginginkan sesuatu, ia laksanakan dengan lisannya tanpa mempertimbangkan dengan hatinya." (HR. Ibnu Abid Dunya. Perawi hadits ini bisa dipercaya).
Untuk itu, seluruh anggota tubuh senantiasa memperingatkan kepada lisan untuk berhati-hati dalam berbicara. Sebab kesalahan yang dilakukan oleh lisan dampaknya dapat dirasakan langsung oleh anggota tubuh yang lain sampai akhirat nanti. Seperti yang dijelaskan Rasulullah saw. dalam sabdanya:
اذا اصبح ابن ادم اصبحت الاعضاء ذكر اللسان اى تقول اتق الله فينا فانك ان استقمت استقمنا وان اعوججت اعوججنا
Apabila anak cucu Adam masuk waktu pagi maka semua anggota badan berpesan kepada lisan. Maksudnya ia berkata: "Takutlah kepada Allah demi kami karena jika kamu tegak, niscaya kami tegak. Jika kamu bengkok, niscaya kami bengkok". (HR. at-Tirmidzi dari haditsnya Abi Sa'id al-Khudriy).
Untuk itu, menjaga lisan dalam setiap pergaulan merupakan cermin dari kepribadian seseorang yang berakhlak mulia. Baik dan tidaknya perkataan manusia, tergantung amal perbuatannya. Jika amalnya baik, kata-katanya pun juga baik dan jika amalnya buruk, omongannya pun juga keji dan kotor. Diam selain dapat menyelamatkan diri, juga dapat menjauhkan dari murka Allah. Sampai nabi Sulaiman bin Daud as. berkata: "Manakala perkataan itu laksana perak maka diam itu bagaikan emas". (Ihya Ulumuddin, Jilid II, Hal: 1540).
Hikmah dan Keutamaan Bersikap Diam
Jika ditanyakan "Mengapa keutamaan yang besar justru terdapat pada diam?" Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya diam itu menyimpan tujuh ribu kebaikan. Dan semuanya itu disimpulkan dalam tujuh hal sebagai berikut:
Diam merupakan ibadah tanpa jerih payah.
Diam merupakan perhiasan tanpa repot berhias.
Diam merupakan kemegahan tanpa kerajaan.
Diam merupakan benteng tanpa pagar.
Diam adalah kecukupan tanpa permisi.
Diam melegakan malaikat bagian administrasi.
Diam menutupi (menyimpan) aib. (Tanbihul Ghafilin, Hal: 79).
Diriwayatkan pula bahwa diam adalah keindahan bagi cerdik pandai (ilmuwan), dan sebagai hijab (penutup) bagi orang awam. Sebagian sahabat juga berkata bahwa diam dapat mengumpulkan dua keutamaan bagi seseorang, yaitu keutamaan dalam agamanya dan mengerti kepada temannya.
Beberapa hikmah dan keutamaan dari sikap diam, diantaranya adalah:
Allah akan menutupi aibnya.
Diam termasuk ibadah, karena tak sedikit terjadinya kemaksiatan dan kemungkaran yang diakibatkan oleh ucapan.
Diam dapat mengalahkan setan.
Diam dapat menyelamatkan diri.
Sudah jelas jika diam merupakan rahasia kehormatan dan keselamatan seseorang, yang banyak bicaranya pasti banyak pula masalahnya, sebab tidak sedikit pembicaraan itu dihiasi dengan berbagai kedustaan dengan tujuan untuk menimbulkan daya tarik atau simpati bai orang yang mendengarkannya. Semoga kita bukan termasuk orang yang suka mengumbar berbagai pembicaraan karena banyak kemudharatan yang diakibatkan oleh pembicaraan yang tidak bermanfaat.
Sumber:
Buku: Rahasia Diri (Menyingkap berbagai misteri amalan yang bisa menjadikan seseorang menggapai derajat ma'rifat). Karya: Abdurrahman Karim Ath-Thahiriy. Hal: 67-77.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar