Hello world^^
Posting kali ini saya ingin berbagi pengetahuan tentang salah satu
fenomena sosial (lebih tepatnya masalah kepribadian) yang sering
dijumpai, namun seolah asing bagi kita.
Asperger Syndrome, sekilas nama itu terdengar seperti nama penyakit.
Namun sejatinya, Asperger bukanlah suatu penyakit, akan tetapi salah satu
bentuk autisme ringan. Banyak diantara kita yang tidak menyadari bahwa sindrom
itu melekat dalam diri kita, termasuk saya.
Apa itu
Asperger Syndrom?
Berdasarkan sumber terkait yang dapat di percaya, Asperger Syndrom/
Sindrom Asperger adalah suatu gangguan bermakna pada interaksi sosial
serta adanya keterpakuan dan keterbatasan pada pola perilaku, pola minat, dan
pola aktivitas, namun tidak ada gangguan pada kemampuan berbahasa dan
perkembangan Kognitif serta tidak ada hambatan dalam menolong diri sendiri
maupun keingin tahuannya terhadap lingkungan yang sesuai dengan tingkat usianya.
Dengan kata lain, Sindrom Asperger dapat diartikan sebagai suatu gejala autisme dimana para penderitanya memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dengan lingkungannya sehingga kurang begitu diterima (kesulitan bergaul).
Dengan kata lain, Sindrom Asperger dapat diartikan sebagai suatu gejala autisme dimana para penderitanya memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dengan lingkungannya sehingga kurang begitu diterima (kesulitan bergaul).
Sindrom ini ditemukan oleh Hans Asperger pada tahun 1944.
“Sindrom Asperger dibedakan dengan gejala autisme lainnya dilihat dari kemampuan linguistik dan kognitif para penderitanya yang relatif tidak mengalami penurunan, bahkan dengan IQ yang relatif tinggi atau rata-rata (ini berarti sebagian besar penderita sindrom Asperger bisa hidup secara mandiri, tidak seperti autisme lainnya). Sindrom Asperger juga bukanlah sebuah penyakit mental.”
(http://id.wikipedia.org/wiki/Sindrom_Asperger)
“Sindrom Asperger dibedakan dengan gejala autisme lainnya dilihat dari kemampuan linguistik dan kognitif para penderitanya yang relatif tidak mengalami penurunan, bahkan dengan IQ yang relatif tinggi atau rata-rata (ini berarti sebagian besar penderita sindrom Asperger bisa hidup secara mandiri, tidak seperti autisme lainnya). Sindrom Asperger juga bukanlah sebuah penyakit mental.”
(http://id.wikipedia.org/wiki/Sindrom_Asperger)
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa Asperger bukanlah sebuah penyakit mental.
Penyandang sindrom ini bertingkah laku hampir sama seperti kebanyakan anak-anak
yang lain, namun terjadi satu keterbatasan tertentu pada satu pola perilaku.
Ciri-ciri Sindrom Asperger
Seseorang penyandang SA dapat memperlihatkan bermacam-macam karakter dari
gangguan tersebut. Seperti kekurangan dalam bersosialisasi, mengalami kesulitan
jika terjadi perubahan,
dan selalu melakukan hal-hal yang sama berulang ulang.
Umumnya, tingkat kecerdasan penyandang asperger baik atau bahkan lebih tinggi dari anak normal. Selain itu, biasanya tidak mengalami keterlambatan bicara.
Jika dilihat secara sekilas, tidak berbeda dengan anak yang pintar dan kreatif. Hanya saja, penyandang asperger tersebut biasanya memiliki satu minat tertentu saja untuk dikerjakannya.
Memang secara keseluruhan, anak / seseorang yang mengalami gangguan sindrom asperger mampu melakukan kegiatan sehari-hari, namun terlihat sebagai pribadi yang kurang bersosialisasi sehingga sering dinilai sebagai pribadi eksentrik oleh orang lain. Biasanya mereka menjadi orang yang antisosial dan sulit berinteraksi dengan orang lain.
Ketika anak asperger tidak mempunyai teman, lalu tidak tahu harus bersikap bagaimana untuk menghadapi sebuah situasi, dia akan merasa putus asa dan akhirnya depresi.
Ciri yang paling menonjol dari penyandang aspesger adalah kesulitan membaca ekspresi/mimik muka serta bahas tubuh orang lain dan biasanya sangat sulit untuk menampilan ekspresi di wajahnya.
dan selalu melakukan hal-hal yang sama berulang ulang.
Umumnya, tingkat kecerdasan penyandang asperger baik atau bahkan lebih tinggi dari anak normal. Selain itu, biasanya tidak mengalami keterlambatan bicara.
Jika dilihat secara sekilas, tidak berbeda dengan anak yang pintar dan kreatif. Hanya saja, penyandang asperger tersebut biasanya memiliki satu minat tertentu saja untuk dikerjakannya.
Memang secara keseluruhan, anak / seseorang yang mengalami gangguan sindrom asperger mampu melakukan kegiatan sehari-hari, namun terlihat sebagai pribadi yang kurang bersosialisasi sehingga sering dinilai sebagai pribadi eksentrik oleh orang lain. Biasanya mereka menjadi orang yang antisosial dan sulit berinteraksi dengan orang lain.
Ketika anak asperger tidak mempunyai teman, lalu tidak tahu harus bersikap bagaimana untuk menghadapi sebuah situasi, dia akan merasa putus asa dan akhirnya depresi.
Ciri yang paling menonjol dari penyandang aspesger adalah kesulitan membaca ekspresi/mimik muka serta bahas tubuh orang lain dan biasanya sangat sulit untuk menampilan ekspresi di wajahnya.
Selain itu, ada beberapa ciri khusus penyandang Sindrom Asperger :
1. Kesulitan dalam bersosialisasi
“Sesorang penyandang Sindrom Asperger (SA) dapat bergaul dengan orang
lain, namun dia tidak mempunyai keahlian berkomunikasi dan mereka akan
mendekati orang lain dengan cara yang ganjil.” (Klin & Volkmar, 1997).
Mereka sering tidak mengerti akan kebiasaan sosial yang ada dan secara
sosial akan tampak aneh, sulit ber-empati, dan salah menginterpretasikan
gerakan-gerakan.
Pengidap SA sulit dalam berlajar bersosialisasi serta memerlukan suatu
instruksi yang jelas untuk dapat bersosialisasi.
Sering mereka terobsesi oleh rutinitas dan menyibukkan diri dengan
sesuatu aktivitas yang menarik perhatian mereka. Mereka selalu mengalami
kesulitan dalam membaca aba-aba (bahasa tubuh) dan seringkali seseorang
penyandang SA mengalami kesulitan dalam menentukan dengan baik posisi badan
dalam ruang (orientasi ruang dan bentuk).
Karena memiliki perasaan terlalu sensitif yang berlebihan terhadap suara,
rasa, penciuman dan penglihatan, mereka lebih menyukai pakaian yang lembut,
makanan tertentu dan merasa terganggu oleh suatu keributan atau penerangan
lampu yang mana orang normal tidak dapat mendengar atau melihatnya.
Penting untuk diperhatikan bahwa penyandang SA memandang dunia dengan cara yang berlainan. Sebab itu, banyak perilaku yang aneh dan luar biasa yang disebabkan oleh perbedaan neurobiologi tersebut.
Penting untuk diperhatikan bahwa penyandang SA memandang dunia dengan cara yang berlainan. Sebab itu, banyak perilaku yang aneh dan luar biasa yang disebabkan oleh perbedaan neurobiologi tersebut.
2. Kesulitan dalam berkomunikasi
“Walaupun penyandang SA biasanya berbicara lancar saat mencapai usia lima
tahun, namun mereka sering mempunyai masalah dalam menggunakan bahasa dalam
konteks sosial ( pragmatik) dan tidak mampu mengenali sebuah kata yang memiliki
arti yang berbeda-beda (semantic) serta khas dalam berbicara /prosodi (tinggi
rendahnya suara, serta tekanan dalam berbicara).” (Attwood, 1998).
Penyandang SA bisa jadi memiliki perbendaharaan kata-kata yang lebih, dan
sering tak henti-hentinya berbicara mengenai suatu subyek yang ia sukai. Topik
pembicaraan sering dijelaskan secara sempit dan orang itu mengalami kesulitan
untuk berpindah ke topik lain. Mereka dapat merasa sulit berbicara teratur.
Penyandang SA dapat memotong pembicaraan orang lain atau membicarakan ulang
pembicaraan orang lain, atau memberikan komentar yang tidak relevan serta
mengalami kesulitan dalam memulai dan mengakhiri suatu pembicaraan.
Cara berbicaranya kurang bervariasi dalam hal tinggi rendahnya suara,
tekanan dan irama, dan, bila murid tersebut telah mencapai usia lebih dewasa,
cara berbicaranya sering terlalu formal. Kesulitan dalam berkomunikasi sosial
dapat terlihat dari cara berdiri yang terlalu dekat dengan orang lain,
memandang lama, postur tubuh yang tidak normal, dan tak dapat memahami
gerakan-gerakan dan ekspresi wajah.
3. Memiliki kemampuan intelegensi yang baik
Rata-rata penyandang Sindrom Asperger memiliki kemampuan intelegensi yang
normal sampai di atas rata-rata, dan terlihat berkemampuan tinggi. Kebanyakan
dari mereka cakap dalam memperdalam ilmu pengetahuan dan sangat menguasai
subyek yang mereka sukai pernah pelajari. Namun mereka lemah dalam hal
pengertian dan pemikiran abstrak, juga dalam pengenalan sosial. Sebagai
akibatnya, mereka mengalami kesulitan akademis, khususnya dalam kemampuan
membaca dan mengerti apa yang dibaca, menyelesaikan masalah, kecakapan
berorganisasi, pengembangan konsep, membuat kesimpulan dan menilai. Ditambah
pula, mereka sering kesulitan untuk bersikap lebih fleksibel. Pemikiran mereka
cenderung lebih kaku. Mereka juga sering kesulitan dalam menyesuaikan diri
dengan perubahan, atau menerima kegagalan yang dialaminya, serta tidak siap belajar
dari kesalahan-kesalahanya. (Attwood 1998).
4. Kesulitan dalam koordinasi motorik
Diperkirakan bahwa 50% - 90% dari penyandang SA mempunyai kesulitan dalam
koordinasi motoriknya (Attwood 1998). Motorik yang terkena dalam hal melakukan
gerakan yang berpindah-pindah (locomotion), kecakapan bermain bola,
keseimbangan, cakap menggerakan sesuatu dengan tangan, menulis dengan tangan,
gerak cepat, persendian lemah, irama serta daya mengikuti gerakan-gerakan.
5. Sensitif terhadap rangsangan tertentu
Seorang penyandang SA memiliki kesamaan sifat dengan penyandang autisme
yaitu dalam menanggapi rangsangan sensori. Mereka bisa menjadi hiper sensitif
terhadap beberapa rangsangan tertentu dan akan terikat pada suatu perilaku yang
tidak biasa dalam memperoleh suatu rangsangan sensori yang khusus.
6. Sulit Berkonsentrasi
“Seorang penyandang SA biasanya kelihatan seperti tidak memperhatikan
lawan bicara, mudah terganggu konsentrasinya dan dapat / pernah dikategorikan
sebagai penyandang ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) sewaktu
di-diagnosa dalam masa kehidupan mereka.” (Myles & Simpson, 1998).
7. Memiliki rasa takut yang berlebihan
Rasa takut yang berlebihan juga merupakan salah satu sifat yang
dihubungkan dengan penyandang SA. Mereka akan sulit belajar menyesuaikan diri
dengan tuntutan bersosialisasi di sekolah. Instruksi yang baik dan benar akan
membantu meringankan tekanan-tekanan yang dialaminya.
Penderita Asperger memang terkadang terlihat berbeda dengan orang normal pada umumnya, namun sebenarnya mereka memiliki kemampuan lebih yang tidak semua orang dapat memilikinya.
Dari berbagai penjelasan tentang sindrom ini, saya menemukan beberapa ciri lain yang melekat dalam diri penderita asperger, seperti :
- Ketika berbicara, umumnya menggunakan bahasa tubuh seperti senyuman dan komunikasi nonverbal lainnya
- Kata-kata yang dikeluarkan cenderung sulit dimengerti lawan bicara dan memiliki lebih dari satu buah makna
- Tidak tahu bagaimana caranya untuk bersosialisasi dengan orang lain dan cenderung menjadi pemalu dan introvert
- Memiliki kebiasaan grogi/nervous
- Mengalami masalah yang melibatkan pergerakan tubuh (keseimbangan)
- Memiliki cara penulisan yang lebih baik dibandingkan dengan cara berbicara dengan orang lain
- Memiliki sebuah minat khusus bahkan menekuninya dengan sangat detail, serta mudah menemukan hal-hal kecil yang orang lain sering melewatkannya.
Meskipun Asperger Sindrom bukanlah suatu sindrom yang berbahaya, namun jika tidak segera ditangani, akan mempengaruhi perkembangan kepribadian bagi mereka sampai mereka tumbuh dewasa nantinya.
Menurut Stine, jika penderita sindrom asperger beranjak dewasa, biasanya mereka akan merasa kesulitan untuk mengungkapkan empati kepada orang lain serta tetap kesulitan untuk berinteraksi dengan orang lain.
Para ahli mengemukakan bahwa penderita sindrom asperger biasanya akan menetap seumur hidup. Namun, gejala tersebut dapat dikurangi dan diperbaiki dalam kurun waktu tertentu terutama deteksi dini sindrom asperger akan sangat membantu.
Semoga Bermanfaat^^
0 komentar:
Posting Komentar