Pada malam itu aku bertengkar dengan ibuku. Karena sangat marah,
aku segera meninggalkan rumah tanpa membawa apapun. Saat berjalan di
suatu jalan, aku baru menyadari bahwa aku sama sekali tidak membawa
uang.
Saat menyusuri sebuah jalan, aku melewati sebuah kedai
bakmi, dan mencium harumnya aroma masakan. Ingin sekali rasanya aku
memesan semangkuk bakmi, tetapi aku tidak memiliki uang. Pemiliki kedai
melihatku berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu berkata “Nona,
apakah engkau ingin memesan semangkuk bakmi?”
“Ya, tetapi aku tidak membawa uang,” jawabku dengan malu-malu. “Tidak apa-apa, aku akan mentraktirmu,” jawab si pemiliki kedai.
“Silahkan
duduk, aku akan memasakkan bakmi untukmu.” Tidak lama kemudian,
pemiliki kedai itu mengantarkan semangkuk bakmi. Aku segera makan
beberapa suap, kemudian air mataku mulai berlinang. “Ada apa nona?”
tanya si pemiliki kedai. “Tidak apa-apa. Aku hanya terharu,” jawabku
sambil mengusap air mataku. “Bahkan seorang yang baru kukenal pun
memberi aku semangkuk bakmi!, tetapi ibuku sendiri, setelah bertengkar
denganku, mengusirku dari rumah dan mengatakan kepadaku agar jangan
kembali lagi ke rumah. Kau seorang yang baru kukenal, tetapi begitu
peduli denganku dibandingkan dengan ibu kandungku sendiri,” kataku
kepada pemiliki kedai.
Pemiliki kedai itu setelah mendengar
perkataanku, menarik nafas panjang dan berkata, “Nona, mengapa kau
berfikir seperti itu? Renungkanlah hal ini, aku hanya memberimu
semangkuk bakmi dank au begitu terharu. Ibumu telah memasak bakmi dan
nasi untukmu sejak kau masih kecil hingga saat ini, mengapa kau tidak
berterimakasih kepadanya? Kau malah bertengkar dengannya.”
Aku
terhenyak mendengar hal tersebut. “Mengapa aku tidak berfikir tentang
hal itu? Untuk semangkuk bakmi dari ornag yang baru kukenal, aku begitu
berterimakasih. Tetapi kepada Ibuku yang memasak untukku selama
bertahun-tahun, aku bahkan tidak memperlihatkan kepedulianku kepadanya.
Dan hanya persoalan sepele, aku bertengkar dengannya.”
Aku segera
menghabiskan bakmuku, lalu menguatkan diriku untuk segera pulang ke
rumah. Saat berjalan ke rumah aku memikirkan kata-kata yang harus
kuucapkan kepada ibuku nanti. Begitu sampai di ambang pintu rumah, aku
meliha Ibu dengan wajah letih dan cemas. Ketika melihatku, kalimat
pertama yang keluar dari mulutnya adalah, “Nak, kau sudah pulang, cepat
masuklah, aku telah menyiapkan makan malam. Makanlah dulu sebelum kau
tidur, makanan akan menjadi dingin jika kamu tidak memakannya sekarang.”
Mendengar hal itu, aku tidak dapat menahan tangisku dan aku menangis di hadapan ibuku.
***
Sekali
waktu, kita mungkin akan sangat berterima kasih kepada orang lain
untuk suatu pertolongan kecil yang diberikannya kepada kita. Namun
kepada orang yang sangat dekat dengan kita, khususnya orang tua kita,
terkadang kita lupa untuk berterima kasih. Kita merasa hal itu adalah
hal yang wajar untuk dilakukan oleh mereka selaku orang tua kita.
Padahal mereka selalu berdoa untuk kebahagiaan kita. Semua kerja keras
yang mereka lakukan hanya untuk membuat kita bahagia. Saat melihat mata
kita berbinar memancarkan kebahagiaan, saat itulah kebahagiaan orang
tua. Tapi terkadang kita lupa dengan semua itu. Karena itu semua adalah
hal yang biasa menurut kita. Kasih sayang, pengorbanan, kerja keras,
semua itu sudah biasa dilakukan orang tua untuk anaknya. Tapi, sudahkah
kita berterima kasih pada mereka? Sudahkah kita berperilaku sesuai
dengan harapan mereka? Sudahkah kita membuat mereka bangga? Terkadang
karena hal itu biasa dilakukan sehingga kita lupa akan maknanya, kita
lupa untuk berterima kasih. Padahal kita harus berterima kasih pada
mereka seumur hidup kita. Ibu yang selalu memasak makanan untuk kita,
menyiapkan segala yang kita butuhkan, memberikan kasih sayang dan
perhatian tanpa pernah mengeluh ataupun merasa lelah. Sungguh begitu
banyak pengorbanan yang telah dilakukannya. Namun ingatkah kita akan
semua hal itu???
Ibu, mungkin apa yang kulakukan tidak
akan mampu membalas semua hal yang telah kau lakukan. Meski telah
kuberikan segala yang telah kudapatkan pun takkan mampu menggantikan
apa yang telah kau berikan… namun demikian, aku akan tetap berusaha
untuk memberikan dan mempersembahkan yang terbaik yang mampu kulakukan.
Ya Alloh sayangilah Ibu seperti ia menyangiku selama ini... jagalah
Ibu seperti ia menjagaku semasa kecil dahulu... cintailah ia, dan
rancangkanlah ia tempat yang indah di jannah-Mu kelak...,aamiin :')
0 komentar:
Posting Komentar